A. Biografi
Imam al-Hafiz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmizi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz.
Kakek Abu ‘Isa at-Tirmizi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra, dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmizi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka. Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.
Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami’ daripadanya, dan lain-lain.
Imam Tirmizi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya:
1. Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi
2. Kitab Al-‘Ilal
3. Kitab At-Tarikh
4. Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah
5. Kitab Az-Zuhd
6. Kitab Al-Asma’ wal-Kuna
Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.
B. Kandungan Hadits
Al-Imam Abu Isa di dalam menyusun kitab al-Jami’ tidak hanya meriwayatkan hadits shahih saja, namun juga beserta hadits yang hasan, dha’if, gharib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya. Beliau memasukkan hampir 50 kitab dan haditsnya berjumlah 3956 hadits.
C. Metode Penghimpunan
Metode penghimpunan kitab Sunan Al-Tirmidzi yaitu memakai metode sunan karena kitab Sunan Al-Tirmidzi disusun berdasarkan sistematika pembahasan fikih yang bermula dari bab thaharah, shalat dan seterusnya. Namun demikian, di dalam kitab Sunan at-Tirmidzi sendiri tidak hanya dimuat hukum-hukum normatif, tetapi juga persoalan-persoalan lainnya.
D. Sistematika Isi Kitab
االجزء الثانى klasifikasi
7. كتاب الحج عن رسول الله | Fiqih ibadah |
8. كتاب الجنائز عن رسول الله | Fiqih ibadah |
9. كتاب النكاح عن رسول الله | fiqih munakahah |
10. كتاب الرضاع | fiqih munakahah |
11. كتاب الطلاق واللعان عن رسول الله | fiqih munakahah |
12. كتاب البيوع عن رسول الله | fiqih muamalah |
13. كتاب الاحكام عن رسول الله | Fiqih ibadah |
14. كتاب الديات عن رسول الله | fiqih jinayah |
15. كتاب الحدود عن رسول الله | Fiqih ibadah |
16. كتاب الصيد عن رسول الله | Fiqih ibadah |
17. كتاب الذبائح تابع الصيد | Fiqih ibadah |
18. كتاب الاطعمة تابع الصيد عن رسول الله | Fiqih ibadah |
19. كتاب الاحكام والفوائد تابع الصيد | Fiqih ibadah |
20. كتاب الاضاحى عن رسول الله | Fiqih ibadah |
21. كتاب النذور عن رسول الله | Fiqih ibadah |
22. كتاب السير عن رسول الله | Fiqih ibadah |
23. كتاب فضائل الجهاد عن رسول الله | Fiqih ibadah |
24. كتاب الجهاد عن رسول الله | Fiqih ibadah |
25. كتاب اللباس عن رسول الله | Fiqih ibadah |
اجزء الثانىال
26. كتاب الاطعمة عن رسول الله | Fiqih ibadah |
27. كتاب الاشربة عن رسول الله | Fiqih ibadah |
28. كتاب البر و الصلة عن رسول الله | Fiqih ibadah |
29. كتاب الطب عن رسول الله | Fiqih ibadah |
30. كتاب الفرائض عن رسول الله | fiqih muamalah |
31. كتاب الوصايا عن رسول الله | fiqih muamalah |
32. كتاب الولاء والهبة عن رسول الله 33. كتاب القدر عن رسول الله | fiqih muamalah |
34. كتاب الفتن عن رسول الله | Fiqih ibadah |
35. كتاب الرؤيا عن رسول الله | Fiqih ibadah |
36. كتاب الشهادات عن رسول الله | Fiqih ibadah |
37. كتاب الزهد عن رسول الله | Fiqih ibadah |
38. كتاب صفة القيامة والرقائق و الورع عن رسول الله | Fiqih ibadah |
39. كتاب صفة الجنة عن رسول الله | Fiqih ibadah |
40. كتاب صفة الجهنم عن رسول الله | Fiqih ibadah |
41. كتاب الايمان عن رسول الله | Fiqih ibadah |
42. كتاب العلم عن رسول الله | Fiqih ibadah |
43. كتاب الاستئذان عن رسول الله | Fiqih ibadah |
44. كتاب الادب عن رسول الله | Fiqih ibadah |
45. كتاب الامثال عن رسول الله | Fiqih ibadah |
االجزء الرابع
46. كتاب فضائل القران عن رسول الله | Fiqih ibadah |
47. كتاب القراءات عن رسول الله | Fiqih ibadah |
48. كتاب تفسيرالقران عن رسول الله | Fiqih ibadah |
49. كتاب الدعوات عن رسول الله | Fiqih ibadah |
50. كتاب المناقب عن رسول الله | Fiqih ibadah |
51. كتاب العلل | |
االجزء الخامس : الفهارس
E. Nilai/Kualitas Hadits
Sebagai ahli hadits, At-Tirmidzi di nilai positif. Banyak para ulama’ yang juga berpendapat positif tentang At-Tirmidzi dan nilai/kualitas hadits sunan at-Tirmidzi seperti:
· Abu Ya’la al-Khalili, ahli hadits juga, menyatakan bahwa at-Tirmidzi adalah orang siqah (terpercaya) dan hal ini disepakati para ulama.
· Ibnu Hibban al-Busti (ahli hadits) mengakui kemampuan at-Tirmidzi dalam hal menghafal, menghimpun, menyusun, dan meneliti hadis, sehingga ia menjadi sumber pengambilan hadis ulama terkenal
F. Kitab-Kitab Syarahnya
Diantara para ulama yang mensyarah Jami’ at-Turmudzi adalah al-Hafizh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili yang lebih dikenal dengan Ibnul Arabi al-Maliki (w. 543) yang berjudul Aridatul Ahwadzi fi Syarhi Sunanit Tirmidzi. Jalaludin as-Suyuthi juga mensyarah dengan judul Qutul Mughtazi ’ala Jami’it Tirmidzi. Kitab syarah terbaik adalah yang ditulis oleh al-Allamah al-Abdurrahman al-Mabarkapuri (w. 1353) yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi.
G. Ciri Utama/karakteristik Pokok
Ciri utama yang tidak terdapat dalam kitab hadist lainnya, imam at-tirmidzi menggunakan istilah khusus yang selama ini menjadi perbincangan ulama hadist. Yaitu istilah hasan shahih yang mengundang kontroversi dikalangan ulama. Istilah ini sebenarnya bukan monopoli imam at-tirmidzi, tetapi digunakan juga oleh Ali al-Madini, Ya`qub bin Syaibah, dan Abu Ali at-Tusi. Karena paling banyak menggunakannya, at-Tirmidzi lah yang dikenal dengan istilah itu.
Berbagai pandangan ulama mengenai istilah hasan shahih itu adalah sebagai berikut:
1. Istilah hasan yang dimaksud dalam kata hasan shahih itu adalah dalam pengertian lughawi(bahasa). Artinya, isi hadist itu baik sekali disamping sanatnya juga shahih. Alasan pandangan ini adalah bahwa at-Tirmidzi terkadang memakai istilah hasan untuk hadist yang jelas daif bahkan maudu’(yang di ada-adakan). Pendapat ini mengandung keberatan karena dikalangan ahli hadist tidak ada tradisi memakai istilah hasan dalam arti lughawi(bahasa).
2. istilah hasan shahih menunjukkan adanya dua sanat atau lebih untuk suatu matan hadist. Dengan kata lain, sebagian sanatnya berderajat hasan dan sebagian lainnya shahih. Namun, pandangan ini di anggap lemah karena di antara hadist yang dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi terdapat hadist yang gharib(hadist yang dalam sanatnya terdapat hanya seorang rawi, dimanapun sanat itu terjadi).
3. Istilah tersebut dipakai oleh hadist hasan yang telah meningkat menjadi shahih dengan menyebutkan dua sifatnya sekaligus, yaitu sifat dunya(rendah) dan ulya(tinggi). Dengan demikian, hadist tersebut sebenarnya adalah hadist shahih. Namun ada keberatan mengenai syarat yang ditentukan Imam at-Tirmidzi, yaitu hadist hasan itu tidak boleh gharib, tetapi hadist shahih boleh gharib. Tidak mungkin dua sifat itu menyatu dalam sebuah hadist.
4. Istilah itu dipakai karena keraguan pihak penilai(Imam at-Tirmidzi) mengenai derajat hadist itu. Penyebutan gabungan istilah itu merupakan derajat antara hasan dan shahih. Namun, ada keberatan mengenai pandangan tersebut, yaitu ketentuan semacam itu belum ada di kalangan ahli hadist karena tidak mungkin.
5. Istilah itu dipakai untuk menunjukkan perbedaan penilaian ahli hadist. Dengan kata lainj, ada yang menilai hadist itu hasan dan ada pula yang menilai shahih.[1]
Contoh hadis hasan:
1214. حدثنا محمد بن بشار, حدثنا ابن امى عدى و عثمان بن عمر عن هشام ابن حسان, عن عكرمة, عن اابن عباس قال: توفى النبى ص.م. ودرعه مرهونة بعشرين صاعامن طعام اخذه لاهله
H. Alasan Dimasukkan Dalam Jajaran al-Kutub al-Tis’ah
Kitab sunan at-tirmidzi menjadi sangat penting bagi studi hadist karena dalam kitab terssebut at-tirmidzi betul-betul memperhatikan ta`lil(penentuan nilai) hadist dengan menyebutkan secara eksplisit hadist yang shahih. Kitab hadist ini menduduki peringkat keempat diantara al-kutub as-sittah. Menurut pengarang Kasyf az-zunnun (menyingkap keraguan), Hajji Khalfah(w.1657), kedudukan sunan at-tirmidzi berada pada peringkat ketiga dalam hierarki al-kutub as-sittah. Bahkan Abu Ismail al-Anshari, ahli hadist, memandang kitab at-tirmidzi lebih bermanfaat daripada kitab bukhori dan muslim dari segi penggunaannya. Kitab bukhori dan muslim hanya dapat dipahami seorang ahli, tetapi sunan at-tirmidzi dapat dipahami siapapun.
I. Kritik
Kritik Ibnu Hasm: at-tirmidzi adalah sosok yang tidak dikenal ulama(majhul). Ulama lain berpendapat bahwa anggapan Ibnu Hazam tersebut tidak mempengaruhi ketokohan at-tirmidzi dalam bidang hadits
Kesan Penulis:
- Ayyudiana N.M:
senang sekali dapat meneliti kitab Sunan At-Tirmidzi, walaupun banyak kekurangan disana-sini dikarenakan susahnya mencari refrensi (kitab jilid 1 di perpustakaan tidak ada).
- Ahmad Zamroni:
Mempelajari kitab sunan at-tirmidzi susah-susah gampang
-Satria Wardani:
Banyak pengetahuan yang saya temui di sini tentang hadist
-Hendry Priono:
Kitab sunan at-tirmidzi sangat penting bagi studi hadits
DAFTAR PUSTAKA
Sunan At-Tirmidzi, jilid II-V
2005. Ensiklopedi Islam.Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve
http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Tirmidzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar