Sabtu, 16 Januari 2010

IMAM QURTHUBI

1. Riwayat Hidup Imam Al-Qurthubi

Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi Al-Qurthubi adalah seseorang mufassir yang dilahirkan di Cordova, Andalusia (sekarang Spanyol). Disanalah beliau mempelajari Bahasa Arab, Syair, Al-Qur’an Al-Karim, Fiqh, Nahwu, Qira’at, Balaghah, Ulumul Qur’an dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau merupakan salah seorang hamba Allah yang shalih yang sudah mencapai tingkatan ma’rifatullah, beliau sangat zuhud terhadap kehidupan dunia bahkan dirinya selalu disibukkan oleh urusan-urusan akhirat. Usianya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah dan menyusun kitab.

Mengenai sosok Imam Al-Qurthubi, Syaikh Adz-Dzahabi menjelaskan “dia adalah seorang imam yang memiliki ilmu yang luas dan mendalam. Dia memiliki sejumlah karya yang sangat bermanfaat dan menunjukkan betapa luas pengetahuannya dan sempurna kepandaiannya”. Beliau meninggal dunia di Mesir pada malam senin, tepatnya pada tanggal 9 Syawal tahun 671 H. Makamnya berada di El Meniya, di timur sungai Nil dan sering diziarahi oleh banyak orang.

Diantara guru-guru Imam Al-Qurthubi adalah :

- Ibnu Rawwaj, Imam Al-Muhaddits Abu Muhammad Abdul Wahab bin Rawwaj. Nama aslinya Zhafir bin Ali bin Futuh Al Azdi Al Iskandarani Al-Maliki, wafatnya tahun 648 H.

- Ibnu Al-Jumaizi, Al-Allamah Baha’uddin Abu Al-Hasan Ali bin Hibatullah bin Salamah Al Mashri Asy-Syafi’I, wafat pada tahun 649 H. Ahli dalam bidang Hadits, Fiqih dan Ilmu Qira’at.

- Abu Al-Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim Al-Maliki Al-Qurthubi, wafat pada tahun 656 H. Penulis kitab Al-Mufhim fisyarh Shahih Muslim.

- Al-Hasan Al-Bakari, Al-Hasan bin Muhammad bin Muhammad bin Amaruk At-Taimi An-Nisaburi Ad-Dimsyaqi atau Abu Ali Shadruddin Al-Bakari, wafat pada tahun 656 H.

Karya-karya Al-Qurthubi selain kitabnya yang berjudul Al-Jami’li Ahkaam Al-Qur’an, diantaranya adalah: At_Tadzkirah fi Ahwal Al-Mauta wa Umur Al-Akhirah, At-Tidzkar fi Afdhal Al-Adzkar, Al-Asnafi Syarh Asma’illah Al-Husna, Syarh At-Taqashshi, Al-I’llambi maa fi din An-Nashara min Al-Mafashid wa Al-Auham wa Izhhar Mahasin din Al-Islam, Qam’u Al-Harsh bin A-Zuhd wa Al-Qana’ah, Risalah fi Alqam Al-Hadits, Kitab Al-Aqdhiyyah, Al-Mishbah fi Al-Jam’I baina Al-Af’aal wa Ash-Shahhah, Al-Muqtabar fi Syarh Muwaththa’ Malik bin Anas, Al-Luma’ fi Syarh Al-Isyrinat An-Nabawiyah.[1]

2. Menilai Metode Tafsir Al-Qurthubi

Secara umum pendekatan tafsir yang digunakan Imam al-Qurthubi ialah menggunakan pendekatan Tafsir Tahliliy, yakni suatu pendekatan tafsir dengan melakukan penafsiran sesuai dengan urutan mushaf Utsmaniy. Selanjutnya, untuk mengetahui metode analisis yang digunakan Imam al-Qurthubi mari kita lihat sampel metode penafsiran beliau dalam kasus QS. Al-Hasyr (18):23 berikut:[2]

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23)

قوله تعالى: هو الله الذى لا إله إلا هو الملك القدس السلم المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحن الله عما يشركون 23 قوله تعالى: (هو الله الذى لا إله إلا هو الملك القدوس) أي المنزه عن كل نقص، والطاهر عن كل عيب.

والقدس (بالتحريك): السطل بلغة أهل الحجاز، لانه يتطهر به.

ومنه القادوس لواحد الاواني التي يستخرج بها الماء من البئر بالسانية (2).

وكان سيبويه يقول: قدوس وسبوح، بفتح أولهما.

وحكى أبو حاتم عن يعقوب أنه سمع عند الكسائي أعرابيا فصيحا يكني أبا الدينار يقرأ " القدوس " بفتح القاف.

قال ثعلب: كل اسم على فعول فهو مفتوح الاول، مثل سفود (1) وكلوب وتنور وسمور وشبوط، إلا السبوح والقدوس فإن الضم فيهما أكثر، وقد يفتحان.

وكذلك الذروح (2) (بالضم) وقد يفتح.

(السلام) أي ذو السلامة من النقائص.

Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa al-Qurthuby menggunakan analisis lughawy (kebahasaan). Hal ini diketahui, karena dia menafsirkan ayat di atas dengan mengutip pendapat-pendapat para sahabat dan ulama-ulama tentang arti kata dalam ayat. Demikian itu dia lakukan untuk memperjelas maksud dari setiap kata dalam ayat. Sebagaimana:

وكان سيبويه يقول: قدوس وسبوح، بفتح أولهم.. dia mengutip pendapat imam sibawaih tentang bacaan القدوس sehingga dengan ini dia bisa menjelaskan arti sebenarnya kata tersebut.

وقال ابن العربي: اتفق العلماء رحمة الله عليهم على أن معنى قولنا في الله " السلام ": النسبة، تقديره ذو السلامة.

ثم اختلفوا في ترجمة النسبة على ثلاثة أقوال: الاول: معناه الذي سلم من كل عيب وبرئ من كل نقصى.

الثاني: معناه ذو السلام، أي المسلم على عباده في الجنة، كما قال: " سلام قولا من رب رحيم " [ يس: 58 ].

الثالث: أن معناه الذي سلم الخلق من ظلمه.

قلت: وهذا قول الخطابي، وعليه والذي قبله يكون صفة فعل.

وعلى أنه البرئ من العيوب والنقائص يكون صفة ذات.

وقيل: السلام معناه المسلم لعباده المؤمن) أي المصدق لرسله بإظهار معجزاته عليهم ومصدق المؤمنين ما وعدهم به من الثواب ومصدق الكافرين ما أوعدهم من العقاب.

Disamping menggunakan analisis Lughawy, beliau dalam mempertajam penelitiannya juga menggunakan analisis bi al-Ma’tsur, yakni suatu metode analisis ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan ayat lain, hadits atau pendapat para sahabat. Hal ini tampak ketika beliau menafsirkan kata السلامdengan menggunakan ayat lain dalam surat yasin, yaitu:

سلام قولا من رب رحيم dan beliau mengutip pendapat sahabat atau ulama-ulama untuk memperkuat penafsirannya. Hal ini diketahui dari paparannya yaitu:

كما قال: " سلام قولا من رب رحيم " [ يس: 58 ].

الثالث: أن معناه الذي سلم الخلق من ظلمه.

قلت: وهذا قول الخطابي، وعليه والذي قبله يكون صفة فعل.

وعلى أنه البرئ من العيوب والنقائص يكون صفة ذات.

وقيل: السلام معناه المسلم لعباده المؤمن) أي المصدق لرسله بإظهار معجزاته عليهم ومصدق المؤمنين ما وعدهم به من الثواب ومصدق الكافرين ما أوعدهم من العقاب

Dari persoalan-persoalan yang telah diuraikan bahwa metode al-Qurthubi dalam menafsirkan ayat al-Qur’an dengan menggunakan Tafsir Tahlily karena beliau berupaya menjelaskan seluruh aspek yang terkandung dalam al-Qur’an dan mengungkapkan segenap pengertian yang dituju dan juga dipertajam melalui analisis bi al-ma’tsur dan diperkuat dengan analisis lughawy (kebahasaan).

Langkah-langkah yang dilakukan oleh al-Qurthubi dalam menafsirkan al-Qur’an dapat dijelaskan dengan perincian sebagai berikut:[3]

a. Memberikan kupasan dari segi bahasa.

b. Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadits-hadits dengan menyebut sumbernya sebagai dalil.

c. Mengutip pendapat ulama dengan menyebut sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan hokum-hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

d. Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.

e. Mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi masing-masing, setelah itu melakukan tarjih dan mengambil pendapat yang dianggap paling benar



[1] Syaikh Imam al-Qurthubi, penerjemah Fathurrahman dkk, Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007) hal xiii.

[2] Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab Tafsir

(Yogyakarta: Teras, 2004) hal 68.

[3] Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab Tafsir

(Yogyakarta: Teras, 2004) hal 69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar